Komunikasi Massa

Jelaskan secara detail apa saja yang anda ketahui tentang surat kabar Surat kabar Media Indonesia dan Seputar Indonesia, baik menyangkut organisasi perusahaan dan keredaksian (bisa Anda lihat di “box”), maupun isi serta gaya bahasa dari kedua surat kabar tersebut?

Koran Seputar Indonesia (Koran SINDO) terbit perdana, pada 30 Juni 2005, dilahirkan oleh PT Media Nusantara Informasi (MNI), anak perusahaan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNC) dan PT Bimantara Citra Tbk dengan berbagai unit usaha antara lain PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), PT Global Informasi Bermutu (Global TV), PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), PT Media Nusantara Informasi (Koran SINDO) dan masih banyak lagi.

Asal mula nama Seputar Indonesia adalah program berita pertama yang diproduksi oleh stasiun televisi swasta di Indonesia. Seputar Indonesia pertama kali muncul sebagai Seputar Jakarta di RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) pada tanggal 24 Agustus 1988.


Koran SINDO terbit selama 7 hari selama 1 minggu, dengan format ukuran panjang 7 kolom dan tinggi 54 cm. Edisi Reguler terbit 40 halaman dengan 3 bagian sedangkan Minggu terbit 40 halaman edisi akhir minggu. Target pembaca adalah masyarakat kelas menengah ke atas, pendidikan Sarjana, segmentasi usia dari 18 tahun sampai dengan 40 tahun. Dengan diferensiasi pembaca laki-laki sebanyak 60% dan pembaca wanita sebanyak 40%. Target distribusi Koran Seputar Indonesia adalah kota-kota besar di seluruh Indonesia dengan jumlah oplah sebesar 336.000 pembaca. Slogan Koran SINDO adalah “Satu Koran Segala Berita”. Slogan ini bukan hanya kiasan, karena dalam Koran Sindo memuat berbagai berita mulai dari berita luar negeri, nasional sampai berita daerah, berita olah raga dan life style


Pemimpin Umum Hary Tanoesoedibjo, Wakil Pemimpin Umum/ Pemimpin Perusahaan yafril Nasution, Wakil Pemimpin Perusahaan David Fernando Audy, Pemimpin Redaksi /Penanggungjawab Sururi Alfaruq, Redaktur Pelaksana Nevy AN Hetharia, Pung Purwanto dan Wakil Redaktur Pelaksana Alex Aji Saputra, Djaka Susila serta staf-staf lainnya



Media Indonesia Tergabung ke dalam Media Group, sejumlah kalangan menganggap Media Indonesia sebagai surat kabar umum terbesar kedua di Indonesia setelah harian KOMPAS. pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 January 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah Yayasan Warta Indonesia. Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi. Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha.


Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua kekuatan bersatu : kekuatan pengalaman bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru dibawah PT. Citra Media Nusa Purnama.


Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur. Sementara itu, markas usaha dan redaksi dipindahkan ke Jl. Gondandia Lama No. 46 Jakarta.


Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl. Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung baru ini semua kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat Dokumentasi Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta Fasilitas penunjang karyawan.


Sejarah panjang serta motto “Pembawa Suara Rakyat” yang dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun.


Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen baru di bawah payung PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan tentang apa yang menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional. Terjun pertama kali dalam industri pers tahun 1986 dengan menerbitkan harian Prioritas. Namun Prioritas memang kurang bernasib baik, karena belum cukup lama menjadi koran alternatif bangsa, SIUPP-nya dibatalkan Departemen Penerangan. Antara Prioritas dengan Media Indonesia memang ada “benang merah”, yaitu dalam karakter kebangsaannya.


Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air.


Tahun 1997, Djafar H. Assegaff oleh Surya Paloh dipercayai untuk memimpin harian Media Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi. Saat ini Djafar H. Assegaff dipercaya sebagai Corporate Advisor. Para pimpinan Media Indonesia saat ini adalah : Direktur Utama dijabat oleh Rahni Lowhur Schad, Direktur Pemberitaan dijabat oleh Saur Hutabarat dan dibidang usaha dipimpin oleh Alexander Stefanus selaku Direktur Pengembangan Bisnis.


Kedua media di atas mempunyai gaya bahasa yang hamper sama. Media Indonesia lebih menonjolkan berita yang berbau politik. Sedangkan seputar Indonesia memuat berita lebih lengkap dan lebih kompleks


Pada salah satu edisinya, Media Indonesia memuat laporan mendalam tentang kunjungan/safari politik Surya Paloh ke berbagai daerah di Indonesia dalam rangka menggalang kekuatan untuk meraih posisi Ketua Umum Golkar pada Munas Golkar. Sementara pada hari yang sama Sindo memuat tentang bantahan dari PRO (Manajer Humas) TPI tentang rumor yang mengatakan bahwa stasius televisi swasta yang berlokasi di kawasan TMII itu diambang bangkrut dan mismanajemen. Jelaskan mengapa kedua media ini membuat penunjolan berita tertentu, dan menyembunyikan berita lain dengan perspektif Teori Agenda Setting?

PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) akhirnya dinyatakan pailit oleh pengadilan. Putusan pengadilan ini berdasarkan gugatan permasalahan utang yang diajukan Crown Capital Global Limited. "Gugatan pemohon dikabulkan, PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia dinyatakan pailit," kata Ketua Majelis Hakim Maryana di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 14 Oktober 2009. Kasus ini bermula saat TPI masih dipegang kendali Siti Hardiyanto Rukmana atau Tutut Soeharto. Tutut meminjam dana sebesar US$50 juta dengan bunga US$ 3 juta pada 16 April 1993 kepada Brunei Investment Agency.


Pada 4 Mei 1993, uang itu akhirnya cair senilai US$25 juta. Tetapi, uang itu cair ke rekening pribadi Tutut Soeharto di Standard Chartered Bank, New York.Sebelumnya, TPI pernah menghadirkan dua saksi untuk melawan gugatan pailit itu. Saksi yang diajukan pun tidak tanggung-tanggung. Dua saksi itu yakni Direktur Utama PT Globa Mediacom Budi Rustanto dan Direktur Utama TPI, Erwin Anderson. Awalnya pihak Crown keberatan atas pengajuan kedua saksi. (sumber : http://bisnis.vivanews.com/news/read/96980-tpi_dinyatakan_pailit)

Dari berita tentang TPI dinyatakan bangkrut ini jelas membuat petinggi PT. Media Nusantara Citra TBK berang. Bagaimana tidak, perusahaan sebesar PT. Media Nusantara Citra TBK dan PT Bimantara Citra Tbk yang mempunyai banyak anak perusahaan multi media yang salah satunya adalah PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dinyatakan bangkrut. Berbagai cara ditempuh untuk membantah kebenaran berita ini. Salah satunya dengan media cetak Koran Seputar Indonesia yang juga merupakan anak perusahaan PT. Media Nusantara Citra TBK.



Calon ketua umum DPP Partai Golkar Surya Paloh tiba di Bandara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (26/9) siang. Paloh datang ke Pontianak untuk melanjutkan safari politik guna menerima dukungan sebagai ketua umum DPP Partai Golkar dari kader dan simpatisan Golkar di Kalimantan Barat. Di bandara Surya Paloh disambut Ketua DPD Golkar Kota Pontianak Gusti Hersan Aslirosa dan Ketua DPD Golkar Provinsi Kalimantan Barat Zulfadhli serta sejumlah pengurus Partai Golkar.Setelah beristirahat di Ruang VIP Bandara Supadio, Surya Paloh melanjutkan perjalanan ke Gedung Olah Raga Pangsuma Pontianak dengan diiringi puluhan kendaraan. Di gelanggang olah raga ini selain melakukan halal bi halal Surya Paloh juga akan melakukan orasi politiknya di hadapan pengurus DPD Partai Golkar kabupaten dan kota se-Kalimantan Barat.


Sedangkan Berita tentang kunjungan/safari politik Surya Paloh ke berbagai daerah yang di muat di Surat kabar Harian Media Indonesia. Bahkan Media Indonesia menempatkan berita ini di head line. Kenapa tidak, Surya Paloh adalah Pemilik Surat Kabar Harian Media Indonesia.


Dari kedua contoh berita diatas, jelas kalau ke dua media masa (Media Indonesia dan Seputar Indonesia) tidak indevendent dalam peberitaan. Faktor kepentingan pemilik modal/perusahaan lebih dominan.


Studi Kasus: Pada acara sertijab Kasau (bintang 4), Dispenau mengundang wartawan untuk meliput kegiatan yang tentu saja menurut kalangan TNI AU sangat penting. Namun ternyata jumlah wartawan yang hadir jau lebih banyak pada acara sertijab Kapolda Jaya (Bintang 2). mengapa hal itu bisa terjadi ? jelaskan dari sudut pemahaman anda tentang kepentingan wartawan dalam meliput suatu kegiatan

Suatu kegiatan yang diliput oleh wartawan tentu harus mempunyai nilai berita yang menarik bagi masyarakat atau publik pembaca yang dituju oleh suatu Surat Kabar. TNI AU dan instansi Kepolisian adalah lembaga yang sangat berbeda ditinjau dari “kepentingan pembaca”. TNI AU tidak begitu mempunyai kepentingan dengan masyarakat banyak dalam aktifitas keseharian. Hal ini memang tidak sepenuhnya salah, karena dalam pelaksanaan tugasnya TNI AU sebagai organisasi pertahanan tidak langsung berhubungan dengan masyarakat, sedangkan Kepolisian sebagai organisasi keamanan publik langsung berhubungan dengan masyarakat, bahkan perusahaan surat kabar membutuhkan perijinan dan pengamanan dari kepolisian. Sehingga tidak heran kalau wartawan yang meliput acara sertijab Kasau yang notabene sertijab bintang 4 lebih sedikit dari acara sertijab bintang 2 yaitu Kapolda Jaya. Dalam setiap pemberitaan baik di media masa cetak ataupun media cetak elektronik Kepolisian mendapat porsi yang cukup besar, karena hubungannya dengan masyarakat tersebut. Masyarakat mungkin lebih mengenal Kapolda daripada pejabat TNI AU bahkan untuk jabatan Kasau sekalipun. Masyarakat banyak berhubungan dengan Kepolisian, mulai dari pembuatan-pembuatan Surat-surat Kendaraan, di jalan-jalan raya hingga kejadian-kejadian di lingkungan masyarakat. Dengan adanya salah satu topik berita yang cukup menarik yaitu berita kriminal yang hampir tiap hari diliput oleh media masa baik cetak ataupun elektronik, maka Polisi hampir setiap hari juga muncul di media tersebut, karena tentunya wartawan perlu memuat keterangan-keterangan dari Polisi sebagai pihak yang berwenang atau menangani terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Setingkat Iptu di Kepolisian (Letnan Satu di TNI AU), telah sering memberikan keterangan atau diwawancara media masa tentang suatu peristiwa di wilayah teritorialnya, terutama masalah kriminal atau tindakan keamanan. Sehingga hampir setiap hari “terdapat” Polisi di Media Massa. Hal ini tentu tidak terjadi di lingkungan TNI, dalam hal ini TNI AU. Setingkat Kadispen pun belum tentu mendapat pemberitaan yang besar, kecuali bila terdapat kejadian-kejadian khusus, misalnya kecelakaan-kecelakaan pesawat terbang. Pemberitaan-pemberitaan di media masa tentang TNI AU selama ini adalah bila terjadi kecelakaan pesawat terbang, berita kriminal baik itu yang dilakukan oleh oknum TNI AU ataupun anggota TNI AU sebagai korban, kemudian berita perselisihan antar TNI atau dengan kepolisian serta berita perselisihan TNI AU dengan masyarakat misalnya dalam sengketa tanah. Pemberitaan-pemberitaan tersebut terkadang tidak berimbang, sehingga seperti ada anggapan, kalau TNI berbuat baik dan berprestasi itu adalah hal yang lumrah, bagus dan sewajarnya sehingga tidak perlu diinformasikan atau dipublikasikan, namun begitu ada kejadian sedikit saja yang melanggar ketentuan, sudah pasti akan diekspos besar-besaran, bahkan suatu kejadian perselisihan dengan masyarakat TNI dapat dianggap melanggar hak asasi manusia, padahal anggota TNI termasuk anggota TNI AU juga adalah sama-sama manusia. Kalau bicara hak asasi manusia, maka anggota TNI AU juga mempunyai hak yang sama sebagai manusia.


Dengan adanya fenomena tersebut, yaitu Kepolisian yang sangat berhubungan langsung dengan masyarakat dan hampir setiap hari menghiasi wajah media masa maka tidaklah heran bila acara Sertijab Kapolda Jaya akan lebih bernilai menarik dari segi kepentingan wartawan dalam menyuguhkan berita. Pejabat Kapolda Jaya yang baru tentu akan memberikan pengaruh-pengaruh tertentu dengan kebijakan yang diambil dalam hubungannya dengan masyarakat di lingkungannya. Sehingga wartawan yang meliput cukup banyak dan berita di media massa pun mungkin mendapat tempat atau kolom yang cukup besar. Sedangkan acara sertijab Kasau, walaupun jabatan pemimpin tertinggi di TNI AU dengan level bintang 4, namun sesuai lingkup tugas yang diemban, tidak begitu berhubungan langsung dengan masyarakat sehingga nilai beritanya tidaklah lebih menarik daripada pergantian Kapolda Jaya, sehingga wartawan yang meliput tidak begitu banyak dan berita yang dimuatpun tidak akan lebih besar daripada yang dimuat dalam pergantian kapolda jaya tersebut. Hal ini semua adalah hanya berdasarkan faktor kepentingan dan bisnis yang merupakan hal pokok yang menjadi perbedaan-perbedaan suatu kepentingan dan bukan berdasarkan tingkat jabatan tertentu dalam suatu instansi yaitu Kasau di TNI AU dan Kapolda Jaya di Kepolisian.


Menurut anda, Topik atau issue apa dilingkungan TNI AU yang bisa ”dijual” kepada media sehingga kegiatan TNI AU banyak diliput oleh media? Langkah-langkah apa yang harus dilakukan sehingga TNI AU makin populer ditengah-tengah masyarakat ?

Topik atau issue apa dilingkungan TNI AU yang bisa ”dijual” kepada media bukan hanya tentang kecelakaan pesawat, tapi masih banyak yang mempunyai nilai publikasi. Diantaranya :

Latihan puncak "Angkasa Yudha". Latihan "Angkasa Yudha merupakan Latihan gabungan antar satuan sebagai salah satu sarana mengukur kemampuan prajurit TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugas mempertahankan kedaulatan NKRI ini menunjukkan berbagai atraksi yang dilakukan oleh prajurit dari berbagai satuan dan berbagai unsur. Dari latihan operasi tersebut dapat diketahui hasil pembinaan selama dalam rentang satu tahun yang bermuara pada kesiapan TNI AU dalam mengemban tugas operasi yang diberikan TNI sekaligus sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat. Minat masyarakat untuk mengetahui sejauh mana kemampuan TNI AU dalam menjalankan profesionalismenya jika dihadapkan pada perkembangan lingkungan strategis yang dinamis. Kegiatan yang rutin dilakukan ini perlu mendapat perhatian dari media massa guna memperlihatkan eksistensi TNI Angkatan Udara pada masyarakat Indonesia.






Latihan bersama dengan negara tetangga. Latihan bersama dengan negara tetangga, seperti elang malindo dan sebagainya.


Pameran Kedirgantaraan. Pameran kedirgantaraan dimanapun selalu menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mengetahui perkembangan teknologi angkatan perangnya terutama sebagai pembanding bagi masyarakat yang juga mengikuti perkembangan angkatan perang negara lain. Momen-momen hari besar TNI AU seperti dalam rangka HUT TNI AU ke-63. Ide awal kegiatan ini adalah untuk menarik minat masyarakat dan mengenalkan TNI Angkatan Udara kepada masyarakat umum.

Dari studi kasus no 3 dimana wartawan lebih banyak hadir pada acara sartijab Kapolda jaya dibandingkan sartijab Kasau, mungkin akan lebih menarik dari segi jurnalistik kalo Dan Lanud Halim mengajak kapolda jaya untuk joy flight. Mungkin wartawan tujuannya meliput Kapolda, tetapi tempat dan tuan rumah di Lanud Halim PK dengan latar belakang berbagai alut sista TNI AU. Dari sisi berita nama TNI AU terbawa.

Langkah-langkah yang Harus Dilakukan Sehingga TNI AU makin popular ditengah-tengah masyarakat. Antara lain :

Dalam membangun citra TNI AU di perlukan PR yang baik. PR bukan hanya tugas dan tanggung jawab Dispenau dan personelnya beserta jajarannya di setiap satuan TNI AU. Tapi Personel TNI AU mulai dari Pimpinan tertinggi sampai dengan prajuri terendah adalah PR bagi TNI AU. Sikap dan tingkah laku yang baik adalah salah satu cara untuk merebut simpati masyarakat. Mulai dari disiplin berlalu lintas, mentaati peraturan Pemerintah/Pemda seperti tidak merokok di tempat umum, sampai dengan membantu masyarakat yang memerlukan pertolongan. TNI adalah contoh yang baik bagi masyarakat karena TNI dikenal dengan kedisiplinannya. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh Personel TNI AU adalah terlalu sering memakai istilah “AURI” dalam menyebut TNI AU. Padahal istilah tersebut berlaku pada jaman dulu. Di Angkatan Laut tidak pernah memakai istilah “ALRI”, kenapa Personel TNI AU masih menggunakan “AURI”. Mulai dari sekarang kalau ada personel TNI AU atau masyarakat umum yang menggunakan istilah “AURI’ untuk menyebut TNI AU langsung dikoreksi. Apalagi dengan menyebut “PT. AURI”, seolah tidak ada kebanggaan dalam diri yang menyebut istilah ini bahwa kita adalah TNI. Cobalah untuk membenahi hal yang kecil ini. Sesuatu yang besar dimulai dari hal-hal kecil. ‘ “No Change No Future” merupakan slogan yang tepat untuk memulai perubahan. Kita belum bisa “menjual” alutsista kita ke media untuk dipublikasikan akibat beberapa kacelakaan yang menimpa alutsista TNI AU dua tahun terakhir ini.


Memberitakan TNI AU bukan hanya pesawat saja, banyak satuan lain yang bisa “dijual” seperti Satuan Bravo Paskhas TNI AU, atau Sekkau misalnya, masyarakat umum atau TNI AD dan AL tidak begitu familiar dengan istilah Sekkau. Apa itu sekkau ? begitulah tanggapan mereka, setelah dijelaskan bahwa sekkau sama dengan Selapa di TNI AD baru mereka mengerti. Padaha nama Sekkau lebih keren dari pada Selapa. Sekkau kepanjangan dari Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara yang mempunyai arti dan makna yang luas dibandingkan Selapa yang merupakan kepanjangan dari Sekolah Lanjutan Perwira (Seperti dari SMP dilanjutkan ke SMA) kenapa tidak pernah mempublikasikan institusi sekelas Sekkau melalui acara Target dan Strategi. Walaupun mungkin dari segi jurnalistik kurang dalam memenuhi nilai pemberitaan, tapi setidaknya membawa nama TNI AU. Jika masyarakat mulai mengenal istilah Sekkau, orang-orang pasti akan segara mengerti jika ada pemberitaan mengenai Karwis yang sering dilaksanakan siswa Sekkau.


Mengoptimalkan Pembinaan Potensi Dirgantara. Dalam upaya peningkatan minat dirgantara generasi muda meliputi metoda olah raga dirgantara seperti air modeling, Paralayang, Gantole dan olah raga dirgan tara lainnya.

TNI AU mempunyai sarana dan Prasarana Apron ditiap-tiap Pangkalan untuk menyelenggarakan Olah raga Otomotive seperti Dragerace atau dragebike dan Balap sepeda motor. Kenapa tidak dimanfaatkan dengan baik. Jangan hanya menyewakan apron untuk kegiatan tersebut, sekali-kali jadi penyelenggara dengan, biaya ditanggung sponsor. Dengan demikian masyarakat akan datang untuk menyaksikan acara tersebut. Secara tidak langsung masyarakat akan tahu TNI AU dengan melihat personel berseragam, bukan dengan mendengar. Setidaknya masyarakat tahu dan bisa membedakan antara TNI AU dengan DLLAJR ataupun instansi yang memakai seragam hamper sama dengan TNI AU.