Orang Yang Baik Itu Telah Pergi Untuk Selamanya.


Pertama kali pindah ke medan, kami menempati rumah yang sebenarnya adalah Mes Wara yang tidak di tempati. Setiap sore sehabis pulang dari kantor saya kurve (membersihkan) belakang rumah, mulai dari rumput sampai dengan sampah. Setiap sore kulihat seorang laki-laki tua berumur sekitar 50 tahun bekerja memenfaatkan sepetak tanah milik TNI AU tepat di samping pagar dibelakang rumahku untuk ditanam berbagai macam sayuran. Suatu hari ku sapa dia. Namanya Pak Sirait, (Kalmon Sirait). Dari namanya aku tahu kalo dia keturunan Medan, agamanya Kristen Protestan. Dia bekerja sebagai guru di Sekolah Dasar Angkasa Medan. Waktu mudanya dulu, Dia adalah atlit gulat Sumatera Utara. Tiga kali ikut PON membawa nama Sumatera Utara dengan prestasi yang baik. Hidupnya selalu Dia curahkan untuk olah raga Gulat, setelah menjadi atlit, Dia menjadi pelatih Gulat bagi atlit PON Sumatera Utara.


Suatu sore Pak Sirait menghampiriku di belakang rumah, dan menawarkan diri untuk membantu membersihkan halaman rumah. aku heran, di jaman seperti ini masih ada mau membantu orang tanpa pamri. Dari sinilah keluargaku dan Pak Sirait mulai akrab, hampir setiap sore kalau tidak ada pekerjaan di sekolah dia datang ke rumah ku meskipun hanya untuk ngobrol  atau membersihkan halaman rumah sampai membuat kolam ikan di belakang rumah hingga urusan pijat. semua dia lakukan dengan semangat, tanpa mengharapkan imbalan. aku pun tidak mungkin berdiam diri dengan hasil jerih payahnya, setiap awal bulan kusisihkan sedikit dari pendapatanku untuk sekedar meringankan bebannya. Demikian halnya menjelang natal 2006 , sebelum dia pulang ke kampung halamannya. Pernah suatu hari kuantar dia kerumahnya. ternyata rumahnya jauh sekali. Dari rumahnya ke sekolah dia lakukan dengan berjalan kaki, setiap hari.

Karena di depan rumah ada yang kosong, kami pindah ke rumah tersebut. Rumah yang sebelumnya kami tempati akan di fungsikan sebagai Mess Wara. karena di rumah baru kami tempati tidak ada kolam, Pak Sirait membuat kolam baru dibelakang rumah. Dan dia masih sering datang ke rumah setiap sore membantu membersihkan pekarangan belakang rumah.  

Akhir-akhir ini Pak Sirait jarang datang ke rumahku. terakhir dia datang sebelum natal 2007, kudengar dia sakit di kampungnya, beberapa bulan kemudian kami mendapat kabar pak Sirait telah pergi untuk selamnya. kami sedih. kenapa orang yang baik seperti dia harus cepat pergi. Selamat jalan Pak Sirait. Semoga Tuhan membalas kebaikanmu.